Sering Ikut Karya Tulis Ilmiah Tapi Gak Pernah Nembus


 Resep Pandai Menulis Buku dari Karya Ilmiah 

P1
Daru, SD Pembangunanan Jaya, mohon ijin bertanya: saya suka menulis dan sering  ikut lomba karya ilmiah dan menulis karya ilmiah. Namun, hasil tidak pernah bagus. Saya tidak pernah menjadi finalis atau tulisan saya tidak lolos seleksi. Saya sampai hopeless namun takut patah semangat. Karena itu mohon advice ibu kiat supaya saya bisa menulis karya ilmiah yang bagus dan sukses...terima kasih 🙏

Terima kasih pak daru yang keren ☺️

MasyaAllah,, tidak sembarang orang menyukai penulisan karya ilmiah lho bapak, karena memang terbilang susah apalagi jika sudah masuk ke analisis hasil penelitian (pengalaman pribadi.. Hehe) 

Dari pengalaman saya mengikuti dan membimbing beberapa lomba, karya yang biasanya dilirik oleh juru adalah yang unik dan kekinian tapi mudah dipraktekkan atau dibuat oleh orang lain. Jadi memang kebermanfaatannya untuk orang lain terasa sekali. Sebagai contoh, dulu pernah menulis tentang TORAKUR (tomat rasa kurma). Idenya sederhana hanya menjadikan tomat yang nilai jualnya terhitung rendah, menjadi barang yang istimewa dan berharga jual tinggi. Dan ini ternyata dilirik juri karena unik tetapi menghasilkan. 

Ada lagi dulu seorang narasumber di kelas menulis om jay. Beliau guru berprestasi kalau tidak salah, dari Yogyakarta. Beliau membuat alat peraga globe berkamera (seingat saya). Jadi anak bisa melihat secara 3D dengan alat peraga tadi. Idenya sederhana, tapi unik dan saat ada orang lain yang ingin membuatnya kembali, gampang dipraktikkan. Biasanya hal-hal seperti itu yang menjadi pertimbangan juri.
                    ____&&&&&&&&&____


Saya seorang guru SD swasta yang cukup bonavide di Sidoarjo dimana tuntutan mampu menulis buat tiap guru selalu menghantui kita tiap tahunnya. Bagaimana tidak? Karena yayasan tempat kami bernaung sangat menuntut kami mampu berpartisipasi aktif dalam lomba karya tulis alat peraga dan selalu dilombakan dengan iming-iming hadiah yang fantastis. Tuntutan pengembangan diri dan hadiah yang menggiurkan menjadi motivasi buat saya untuk selalu aktif menerima tantangan tersebut. Namun, beberapa tahun ikut tak sekali pun karya tulis saya masuk seleksi. Kecil hati ini dan jujur ada rasa malu dalam diri ini, namun berusaha tetap semangat dan meyakinkan diri saya mampu mengikutinya. 

Nasib baik membawa saya saat ini bisa ikut di kelas BM ini. Karena disini saya bertemu dengan mentor dan teman yang memiliki misi belajar yang sama dengan saya. Rasa puas dan bersyukur ini saya wujudkan untuk selalu serius menunggu dan mengikuti sesi demi sesi, serta menjalankan semua tugas dengan menerapkan trik-trik dan ilmu yang diberikan selama mentoring. 

Salah satu materi yang sangat saya nanti-nanti selama ini untuk mengembangkan kemampuan menulis saya adalah materi malam ini; yaitu: Menulis Buku dari Karya Ilmiah. Saat membaca jadwal mentoring ini dalam hati saya berkata, " Nah, ini dia makanan yang aku cari selama ini!"

Saking semangatnya dan keponya buat belajar, saya pantengin terus grup ini dari maghrib. Sebagai pemula di grup, saya belum banyak mengenal Ibu narasumber, yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Lazimnya peserta seminar umumnya, kita seringkali lebih fokus pada materinya. Pun demikian, ada decak kagum di hati melihat foto narasumber yang masih belia namun gelarnya sudah M.Pd. dan track record menulis yang segunung. Semakin kagum diri ini, setelah seminar yang dimoderatori Ibu Risma, seorang penulis handal juga lulusan BM sebelumnya, menampilkan profil ibu muda cantik ini. Wowwww sekali, di usia yang masih tergolong muda sudah menghasilkan 15 karya buku dan menjadi narasumber di mana - mana. Yang bisa kukatakan pada diriku, "Wah....kok bisa ya..hebat begitu? Sementara aku yang sudah bertahun-tahun belajar menulis dan berlatih menulis dengan ikut beberapa lomba menulis gak nampak hasil yang berarti...he he".

Setelah beberapa menit berjalan, gak sanggup rasanya menahan rasa ingin bertanya buat resep jitu sang narasumber dalam pencapaiannya. Lalu  saya beranikan diri mencuri sedikit ilmunya dengan bertanya resep sukses menjadi penulis buku karya ilmiah. ALHASIL,  saya memjadi orang pertama yang mengajukan pertanyaan. Ibu yang akrab dipanggil Nora ini akhirnya memberikan rahasia resepnya ke saya. 
Ibu Nora merespon pertanyaan saya yang kerdil ini dengan jawaban yang menyejukan, karena beliau memberikan motivasi kepada saya untuk pantang menyerah. Menurut beliau tekad dan keteguhan saya mengikuti lomba karya ilmiah perlu diacungi jempol karena belum tentu orang lain punya semangat yang sama. Namun satu resep beliau yang sangat membelalakkan mata saya adalah bahwa ternyata dalam kegiatan lomba menulis karya ilmiah ada hal yang harus diperhatikan oleh penulis. Dan hal itu sangat krusial karena menjadi acuan juri dalam menilai dan memperhitingkan kelayakan dari karya tulis ilmiah kita. Resep jitu dari Ibu Nora adalah:  karya yang biasanya dilirik oleh juru adalah yang unik dan kekinian tapi mudah dipraktekkan atau dibuat oleh orang lain. Olala...ternyata saya tidak pernah terpikir akan hal ini. Dan inilah jawaban yang selama ini saya cari, setiap kali mendapati hasil tulisan saya di setiap lomba yang tidak pernah nembus seleksi.

Wahhhh...keren sekali kan!!!

Segala sesuatu tidak pernah terjadi secara kebetulan. Dan saya yakin, pertemuan saya dengan Ibu Nora dalam kelas BM malam ini bukanlah suatu kebetulan. Mungkin ini saatnya Allah memberikan saya kesempatan untuk berbenah dalam berkarya tulis melalui ilmu yang ditransfer Ibu Nora. Terima kasih Ibu untuk ilmunya......Tabarokallah.....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume BM21 -8: Pak Dedi Yang Bikin Baper

Berpacu dengan Jarimu

Aku si Audotori, Aku bosan membaca