Niat Pembawa Keberkahan

Terjun ke lautan Belajar Menulis asuhan Om Jay membuatku bertambah teman dan pengalaman. Tantangan dan kesempatan menulis datang bertubi-tubi hingga kewalahan dalamemilah. Namun, semakin dipilah semakin banyak yang rasa sayang untuk dibuang. Salah satunya adalah tantangan menulis bertema Umroh dan Haji ini. Bismillah, dengan bekal niat belajar dan berbagi kisah cerita dalm hidup, saya putuskan menulis cerita saya disini. Semoga berkah dan manfaat buat sesama.

Cerita berawal dari tahun 2005 lalu, dimana aku memutuskna menjalani profesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah negeri di Surabaya. Sebenarnya ini bukan pengalaman baruku menjadi guru karena sebelumnya aku telah bertahun-tahun menjadi guru di sekolah berkebutuhan khusus milik orang asing di Surabaya dan juga nyambi mengajar di lembaga bimbel. Jika dilihat dari sisi pendapat, sudah sangat lumayan. Namun, apalah arti pendapatan banyak jika ternyata aktifitas pekerjaanku tidak membuat bangga dan bahagia almarhum ibuku yang saat itu menginginkanku menjadi ASN. 
Alhasil di tahun 2005 jalan mulus membawaku menjadi guru honorer. Sebagai guru honorer, jujur tidak banyak pendapatan yang aku dapatkan. Namun melihat harapan di mata ibuku aku ikhals menjalaninya. Dengan gaji yang kudapatkan rasanya tidak cukup untuk transportku naik kendaraan umum. Namun, keberkahan ada didalamnya karena ridho orang tua. Satu tahun disana aku mendapatkan nomor NUPTK artinya namaku terdaftar di data base yang akan membawaku pada sertifikasi guru suatu hari nanti. 

Nasib seseorang tidak bisa diraba. Di tahun ketiga pengabdianku Allah berkehendak lain. Posisiku terpaksa tergeser karena banyaknya guru ASN baru yang hadir. Terpaksa aku harus hengkang dari sekolah tersebut karena status mengajarku nol jam. Tawaran baik pimpinan merekomemdasikanku le sekolah swasta aku tolak halua karena saat itu denagn bekal kelincahan, keberanian, semangat, dan kemampuan ku masih memiliki 2 pekerjaan yang lain; yaitu msebagai guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya dan tutor di bimbel serta kursusan Bahasa Inggris. 
Singkat cerita aku jalani aktifitasku, namun dua tahun berikutnya aku menyerah. Pindah menfajar di 3 trmpat dalam sehari membuatku kecapelan di jalan dan tekor dana buat ganti-ganti kendaraan umum. Suatu hari aku berdoa kepada Allah untuk membukakan kemudahan untuk masalahku. Apalagi, melihat ibuku yang kecewa karena aku tidak mampu bertahanenjadi guru honorer, yang artinya harapan menuju ASN semakin kabur. Usaha melalui komunitas profesi di PGRI pun saat itu belum mampu membantuku.

Akhirnya pada tahun 2010 doaku terkabul. Allah memberikan jalan kepadaku menuju sekolah tempatku mengajar sekarang yaitu SD Pembangunan Jaya Sidoarjo. Awal bekerja disini, aku sudah berdejak kagum atas sistem, sarana fisik, dan segala aktifitasnya. Disini aku mendapatkan kesempatan seluas-luasnya mengembangkan kemampuan diriku. Hingga tak terasa waktu berganti tahun aku mengabdi. Tahun pertama aku bekerja, aku wajib memindahkan semua data diri ke kota Sidoarjo. Kemudian tahun ketiga aku dipanggil mengikuti ujian seleksi untuk PLPG. Girang sekali rasanya, meski nasib belum beruntung. Nilai yang aku dapatkan dibawah standar. Thun depannya panggilan itu datang. Kali ini, nilai unianku bagus. Namun keberuntungan belum hinggap di diroku karena tiba-tiba aturan baru muncul. Ijasah yang aki bangga-banggakan ternyata tidak linier untuk berangkat PLPG. Ya Allah, rintangan demi rintangan seakan tidak juga sirna untuk menuju keberuntunganku. Dari hasil ikut sosialisasi, akhirnya aku mendpatkan soluai untuk kuliag PGSD. Masya Allah, dalam hati aku hilang harapan...harus kuliah lagi? Biaya darimana? Dan bagaimana aku menjalani di sela-sela hari kerja yang sibuk?
Di dalam keputusasaan hati ini menangis, badan lunglai dan semangat menyusut. Tiada lagi trmpat akuencurahkan kekesalan dan kesedihan selain sujud dan berdoa. Aku mengatakan kepada Allah, "Yq Allah, sepertinya jalanku menuju pada sertifikasi begitu jauh. Hamba mohon jika ini rejeki bagiku, mudahkanlah Ya Allah...Jika memang ini menjadi rejeki hamba, pencairan tahun pertama kiranya hamba ibgin pakai untuk betangkat Umroh."

Seperti sebuah amunisi. Doa yang kupanjatkan mengubah segalanya. Rasa putus asa yang hinggap berubah menjadi semnagat. Segala rintangan dan kesulitan yng selama ini kuhadapi tiba-tiba menghilang. Kemudahan demi kemudaham datang kepadaku.  Kesulitan dana, waktu, dqn tenaga seolah sirna. Dengan bantuan dan support keluarga akhirnya aku berangkat mendaftar kuliah PGSD di Universitas Terbuka di Surabaya. Berbagai cibiran dan rintangan banyak namun tekad sudah bulat. 

1,5 tahun kujalani masa kuliah dengan biaya yang kudapat dari bantuan keluarga. Aku bersyukur kesulitan waktu itu terselesaikan karena jadwal kuliah di akhir pekan dimana aku libur. Dana memgalir entah dari mana. Tenaga di usia tua bangkit tatkala aku bersama teman-temqn kuliah.  Sujud syukur aku panjatkan kembali setiap kali ujian semeter terlewat. Tahun 2016 akhirnya aku wisuda dengan IP 3.65. 

Dan jqnji Allah pasti. Januari tahun 2019 akhir aku dipanggil untuk mengikuti daring PPG. Su hanallah, antara percaya dan tidak...akhirnya Allah memudahkan benar jalanku menuju sertifikasi setelah lebih dari 10 tahun mengalami kesulitan dan kegagalan. Dengan penuh keyakinan aku sabar menjalani proses daring 1 bulan. Aku semakin semangat. Meaki sibuk bekerja dari pukul 07.00-16.00 aku tidak patah semangat. Aku belajar lebih pandai manage diri, emosi, dan waktu. Aku harus ptofesional. Darong aku lakukan setiap hari selama 30 hari penuh pukul 19.00-24.00.
Dibantu suami yang sabar membersamai akhirnya aku lolos daring dan perjalannku berlanjut pada workshop 4 bulan. Lagi-lagi aku dibuat berdebar. Terbesit rasa takut akan terkendala ijin meninggalkan pekerjaan selama 4 bulan karena harus workshop di kota lain. Namun, sekali lagi kuasa Allah yang bicara. Segenap pimpinan di yayasan aku bekerja mendukung penuh karirku. Terima kasih ya Allah, tak henti aku panjatkan doa agar Allah menggantikan amalan baik mereka sesuai kebaikannya. Maka berangkatlah aku ke kota Malang 4 bulan, meninggalkan anak-anak didiku dan kedua buah hatiku. Satu tekadku, selama aku jauh dari keluarga aku harus membayar mahal waktu dan momentum bersama mereka dengan hasil yang terbaik. Satu tekadku, di sana aku harus lukus workshop dan katam Al Quran. 

Juni 2019 workshop dan serangkaian ujian telah berakhir. Dan sungguh Allah maha pengasih dan berkehendak. Aku lolos workshop dan UKIN. Bahagia tiada tara aku kembali ke tempat dinas dan kepada keluargaku.

Kiranya nikmat Allah tidak hanya berhenti disana. Akhir tahun 2019 sertifikat pendidik turin dan SK sertifikasi mulai diproses. Saat itu aku bersujud lagi bersyukur lagi akan segala nikmat yang Allah limpahkan. Dan aku pun berbisik dalam sholatku, " Ya Allah, kiranya Engkau telah memudahkan jalanku menuju hajatku. Aku ingin memenuhi janjiku ke Baitullah untuk pencairan TPP tahun peryamaku. Namun Ya Allah, hamba merasa was-was dan taku meninggalkan keluarga hamba. Dan hamba tidak mampu berangkat sendiri tanpa mahrom hamba."

Subhanallah, siapa sangka akhirnya pandemi iti datang...Semua akses keluar masuk negara ditutup. Perjalanan ibadah ke tanah suci banyak yang dibatalkan. Allahu...Akbar...mungkinkah ini jawaban Allah atas doa dan keluh kesahku. Ya Allah...ampunilah segala dosa hamba...mudahkan hajat dan niat hamba ke Baitullah suatu hari nanti. Semoga andemi segera berakhir dan semoga Allah memudahkan kesempatan bagiku dan keluargaku untuk beribadah ke rumah-Nya...Wallahu 'Alam Wassawab...

Ityuah kekuatan doa yang aku rasakan saat hati begitu dekat dengan Allah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume BM21 -8: Pak Dedi Yang Bikin Baper

Berpacu dengan Jarimu

Aku si Audotori, Aku bosan membaca